Related image
sumber gambar : https://twitter.com/janet_steele


darmawulan.site - Juralisme dan Islamisme berkali-kali berusaha untuk dikawinkan. Namun ketika mencari apa konsep dasar Jurnalisme Islam ini sangat sulit. Sebab penelitian atau buku-buku tentang Jurnalisme Isalm tidak cukup mumpuni. Yang ada hanya pengertian Jurnalisme dan Islamisme secara terpisah.
Buku Janet Steele, Mediating Islam: Jurnalisme Kosmopolitan di Negara-Negara Muslim Asia Tenggara menarik untuk dilirik. Steele melihat Jurnalisme dari negara-negara Islam di Asia Tenggara. Buku ini menawarkan perspekti baru. Bagaimana tidak, biasnya buku tetang kajian islam dikiblatkan ke Timur Tengah. Namun Steale menganggap penting meneliti Jurnalisme Islam
di Asia Tenggara.

Janet Steele adalah seorang Associate Profesor of Journalism di Goerge Wangsinton University. Ia meraih gelar Ph.D dalam bidang sejarah dari Johns Hopikns University, dan ia sangat menikmati bagaimana budaya dikomunikasikan.
Buku ini memfokuskan pembahasan mengenai hubungan antara jurnalisme dan Islam. Steele mengambil dua negara dengan penduduk Muslim yang menjadi mayoritas, yaitu Indonesia dan Malaysia.

Steele menemui beberapa wartawan dan mewancarai mereka tetang bagaimana fungsi jurnaliseme dijalankan dengan dasar-dasar keislaman. Pada dasarnya, wartawan di Malaysia dan Indonesai paham betul mengenai Jurnalisme. Namun ada perbedaan mendasar, jika di Barat jurnalisme didasarkan pada pencapain kebebasan. Bagi wartawan Islam, jurnalisme dikaitkan dengan kaidah dasar agama Islam. Ini yang kemudain memunculkan istilah “Jurnalisme Islam”. Stelee jeli meilhat detail ideologi wartawan mengenai ini.

Buku ini secara singkat mampu memberikan pengertian Jurnalisme Islam yang selama ini masih rancu. Walau tidak ditulis secar langsung dijelaskan.

Republika vs Sabili

Walaupun sama-sama berbasis Islam namun tetap ada perbedaan dalam iplementasi. Buku ini menggambarkan perbedaannya. Terkusus di Indonesai, Republika dan Sabili memiliki perbedaan segmentsai yang menarik.

Republika awalnya didirikan oleh ICMI. Agenda awal tentu dikompori dengan agenda pembaharuan Islam. ICMI ingin mendirkan Republika sebagai contoh nyata bahwa Islam bisa modern.
Namun ketika Erick Thohir mengambil alih Republika. Segmentasi berubah ke arah ekonomi.
Mengutip dari buku ini Erick mengatakan “Apa pasar yang paling besar ? …. Apa empat poin saya ? Satu, tentu saja bisnis. Kedua, berdirilah di tengah. Ketiga, bisnis ke bisnis, pikirkan tetang pasar…”

Kutipan diatas cukup untuk mengatakan bahwa pindah tangan ke Erick Thohir mempengaruhi Republika. Walaupun tidak meniadakan Islam sebagai agenda utama. Namun kepentinganya bergeser, dari kepentingan yang bersifat ideologi ke kepentingan ekonomi. Republika memandang muslim sebagai segmentasi pasar. Maka, konten tentang islam tetap dipertahankan. Ini merujuk pada pioin ketiga yang disampaikan Erick tadi “Bisnis ke bisnis. Pikirkan tentang pasar.

Berbeda cerita dengan Sabili, terbit pertama kali dalam bentuk majalah yang fokus utamanya untuk dakwah. Dalam buku ini diceritakan wawancara dari bebagai redaktur dan wartawan Sabili. Steele jeli memilih sabili sebagai pembahasan menegenai Jurnalisme Islam. Sebagaima kata Syamsul dari IAIN Makasar –yang juga dikutip dalam buku ini- “Studi tentang kemunculan kembali kaum islamis pasca-Soeharto tidak akan komprehensif tanpa mempertimbangakan peran Sabili”.

Agenda Sabili adalah dakwah islam. Mereka menggunakan Sabili sebagai alat untuk memuluskan agenda tersebut. Isu sentral menurut Stelee juga terpusat pada Islam Politik. Isu-isu itu antara lain; kemudaratan, kristenisasi, mazhab menyimpang, dan Islam Liberal. Termasuk juga isu internasional mengenai konflik Israel-Palistina.

Sabili juga menempatkan topik utama mengenai ‘tuduhan’ kepada yang dianggap musuh-musuh Islam. Jika ditanya siapa mereka ? sudah jelas Zionis, Barat, dan kaum Liberal. Namun terkadang bagi mereka ‘musuh’ Islam juga dari Islam itu sendiri. Mereka yang akan menanamkan pemikiran feminism, sekulerisme, plurasisme, dan liberalisme.

Walau sekarang Sabili sudah gulung tikar. Namun sabili menjadi penanda penting dari Jurnaliseme Islam. Begitu juga dengan Republika, Republika hingga kini memainkan perannya seabagai Jurnalisme. Entah apapun sebutannya, secara historis dan agenda utama Rupublika dalam buku ini juga dimasukan sebagai Jurnalisme Islam.