Related image
oleh : Dhima W. Sejati




Saya igin mengulas tentang apa yang pernah disampikan oleh Prof. Ariel Hariyanto tentang nasionalisme kita, tentu sudah bercampur aduk dengan ide pribadi. 


Wacana awal film Indonesia Calling ini sebenarnya bertujuan menunjukan sisi heroik Belanda untuk Indonesia. Sosok dibalik film ini adalah Van de Plas, ia ingin membuat film yang menunjukan Indonesia bisa merdeka dari Jepang, dengan lakon utmanya adalah pemerintah Belanda yang memberikan kemerdekaan Indonesia.

Van de plas kemudain meminta Joris Ivens untuk membuat film. Seorang sutradara film Hollywood asal Belanda. Joris sangat berpengalaman. Ia pernah membuat film di hampir 21 negara. Kebanyakan film yang ia garap adalah dokumenter perang.

Joris diundang khusus oleh pemerintah Hindai-Belanda ke Batavia. Joris diberikan misi untuk mengembalikan kepercayaan dunia internasional memlaui film tersebut. Sebab di dunia Internasional Belanda sudah dicap buruk karena terlalu kejam terhadap rakyat Indonesia.

Namun ketika Joris menuju Batavia, ternyata Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akibatnya ia sulit mendapatkan akses jalan ke Indonesai, sabab pemerintah Hindia-belanda sedang tidak setabil. Alhasil, Joris tertahan di Australia.

Ketika Joris tertahan di Australia, ia melihat demo besar-besaran untuk mendukung kemerdekaan Indoensia. Semula ia ditugaskan untuk membuat film tentang aksi heroik Belanda, malah ia membuat film tentang para domonstrans tersebut. Dari sini mulailah Joris menggarap film Indonesai Calling.
Film ini dibuat ketika paham nasionalisme yang mampu mempengaruhi banyak orang untuk berjuang melawan imprialisme. Banyak negara-negara jajahan mulai sadar melalui paham nasionalisme ini, termasuk Indonesia.

Nasionalisme dalam film Indonesia Calling ini menarik, nasionalisme tidak dibatasi oleh gab suku, warna kulit, apalagi agama. Nasionalisme dimaknai global, sebagai sebuah paham yang universal. Ini berlawanan dari apa yang kita pahami sekarang.

Saat ini, nasionalisme selalu dipahami cinta tanah air. Dia yang paling asli pribumi, dia yang paling nasionalis. Semacam kaum konservatif, siapa yang paling mementingkan kepentingan tanah air, dialah yang nasionalis.

Padahal di masa awal Indonesia merdeka, di Australia, sebagaimana digambarkan dalam film tersebut, ada demostransi besar-besaran. Kapal-kapal yang mengangkut amunisi senjata Belanda tidak berlayar. Ternyata, para buruh kapal asal India mogok kerja. Alasannya, mendukung kemerdekaan Indonesia.

Para saudagar China tak mau kalah, mereka ikut menyumbang uang. Sumbangan ini kemudian digunakan untuk biaya hidup para buruh kapal di Australia. Konsekuensi mogok tidak berlayar berarti harus tetap tinggal di Australia entah sampai kapan. Apa yang mereka lakukan ini sangat merugikan diri sendiri. Namun tekat mereka bulat, ikut mendukung kemerdekaan Indonesia.
Orang India, China bahkan Australia mendukung kemerdekaan Indonesai atas dasar paham yang sama, nasionalisme. Mereka paham betul nasionalisme adalah gerakan global untuk menjatuhkan kuasa para imperialism. Siapapun dan negara manapun yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan patut didukung. Itulah paham nasionaliseme yang terekam jelas di dalam film Indonesia Calling.

Sebenarnya, nasionalisme yang kita pahami ini cacat. Ada pergeseran makna. Ketika kita menyebut nasionalisme bererti yang dibicarakan harus bangsa sendiri, tidak boleh yang lain. Menjadi nasionlisme berarti harus membela mati-matian bangsa sendiri dan memusihi yang lain, atau bersikap tidak acuh kepada bangsa yang lain.Tidak seperti di dalam film Indonesia Calling, nasionalisme kita -sekali lagi - cacat. Atau jangan-janga kita memang gagal paham tentang nasionalisme itu sendiri.