Foto : Salah satu tulisan protes mahasiswa ketika aksi | darwisfoundation/Ginanjar Agung Sulistyi 


Oleh Kholil Muqorrobin (Aktivis Mahasiswa Fakultas Teknik UMY)




“Gejayan di tahun 1998 menjadi saksi perlawanan mahasiswa dan masyarakat Jogjakarta terhadap rezim yang represif. Di tahun 2019, Gejayan kembali memanggil jiwa-jiwa yang resah karena kebebasan dan kesejahteraannya terancam oleh pemerintah.”
darwisfoundation.com - Fenomena gerakan mahasiswa dan berbagai aksi demonstrasi menghiasi media cetak dan elektronik akhir-akhir ini, sebagai bentuk reaksi atas tindakan pemerintah dan wakil rakyat yang ‘semena-mena’ terhadap kedaulatan rakyat. Di dalam pemerintahan yang menjunjung tinggi azas demokrasi, seharusnya kekuasaan rakyat-lah yang menjadi kekuasaan tertinggi, bukan kekuasaan nafsu dan ambisi, ataupun kekuasaan kartel dan oligarki. Salahsatu aksi menuntut keadilan yang menyulut aksi-aksi sejenis adalah aksi #GejayanMemanggil pada Senin (23/9) lalu.

Memang tidak sedikit yang mencibir, dan tidak sedikit pula yang menyampaikan apresiasi terhadap aksi tersebut. Sebagian mencibir karena ini hanyalah aksi rekayasa yang ditunggangi oleh aktor-aktor oposisi yang kalah dalam pemilu kemarin.

Di sisi lain banyak juga yang mengapresiasi karena mahasiswa telah ‘bangun dari tidur’ nya, ia dibangunkan oleh ketidakadilan dan kesewenang-wenangan penguasa. Itu memang sudah menjadi rahasia umum, bahwa negara ini telah diperkosa oleh banyak kepentingan, baik kepentingan individu maupun kepentingan borjuis yang sebagian besar bersembunyi di bawah ketiak para elit politik negeri ini.

Bak jamur yang tumbuh di musim hujan, setelah aksi #GejayanMemanggil tempo hari, banyak aksi-aksi sejenis muncul bahkan berlipat seakan mewarnai roda demokrasi. Seakan menjadi tamparan keras bagi pemerintah dan penduduk Senayan agar lebih cermat memperhatikan kepentingan rakyat di atas kepentingan individu atau golongan.

Apalagi sangat jelas membuat hati rakyat teriris adalah korupsi yang kian merajalela. Ditambah lagi revisi UU yang telah disahkan seakan melemahkan peran KPK demi meberantas korupsi, kolusi dan nepotisme yang tumbuh subur di negeri ini. Iya, KPK mungkin menjadi satu-satunya harpan bagi raktyat dalam memberantas korupsi. Meskipun kadang KPK masih terkesan canggung dan tebang pilih. Lalu bagaimana jika peran tersebut semakin dilemahkan? 

Tentu saja rakyat tidak tinggal diam, mereka tidak tega hasil jerih payahnya membayar pajak, digunakan hanya untuk mengisi perut buncit orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai wakil rakyat.

Wakil rakyat pun demikian, hanya berempati menjelang ajang demokrasi lima tahunan saja. Selebihnya? Entah apa yang mereka lakukan. Mungkin saja setiap malam mereka habiskan untuk bercengkerama dengan oligarki penjajah ekonomi. Harapan rakyat dengan tega mereka gadaikan demi nafsu duniawi. Sehingga wajar saja jika banyak kebijakan yang menguntungkan oligarki. Padahal sejatinya prinsip demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat !

Saya tidak tahu, sampai umur keberapa idealisme pemuda terus tumbuh. Di setiap aliran darahnya mengalir semangat juang menumpaskan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Lalu di dalam otaknya terus berfikir jenih menuntaskan segala permasalahan negeri lewat gagasan-gagasannya yang di setipa katanya terlontar dalam forum diskusi, dan tertulis di atas kertas.

Saya juga tidak bisa menjamin bahwa demontrasi besar-besaran dapat mewujudkan semua tuntutan dan harapan rakyat, tapi setidaknya masih ada secercah jalan perlawanan bagi keadilan yang dinista. Namun, perlu diketahui bahwa mereka yang duduk mengatasnamakan rakyat diatas sana, dulunya juga pernah turun ke jalan dan menyuarakan kebenaran seperti apa yang saya lakukan sekarang.

Jujur saya takut jika idealisme yang menjadi benteng terakhir untuk menyuarakan kebenaran ini semakin terkikis jika berhadapan dengan kursi. Artinya, kitika sudah menjadi pejabat malah membela golongannya sendiri, tidak lagi membela rakyat.

Namun saya sadar, selama masih ada nurani dan solidaritas untuk rakyat, pastilah perjuangan atas keadilan akan terus tumbuh meskipun ribuan kali dijegal dan diberangus. Lalu dikebiri mereka yang tidak ingin negara ini menjadi adil makmur, gemah ripah loh jinawi. Semoga saja kita dijauhkan dari kursi (jabatan) yang melemahkan nurani!