
“Orang yang ikhlas cintanya kepada tanah air dan
bangsanya harus mau berkorban”
-
Buya Hamka
Selepas kota Wuhan mulai stabil
kegiatan sehari-hari, selepas virus corona mereda dan kemerdekaan para tenaga
medis China menghadapi musibah covid-19. Yang menggerut nyawa warga di provinsi
Wuhan, negara Tiongkok. Lambat laun virus itu berlari ke berbagai negara, tidak memandang
bulu, entah negara maju, negara berkembang, negara Islam, negara Nasrani,
negara miskin bahkan sampai ke kota suci yang diagungkan Islam, kota Makkah.
Sangat mengejutkan sampai bersinggah
ke negara adidaya, negara Amerika Serikat yang menduduki pertama didunia dalam
kasus tewas akbiat virus covid-19. Kota Wuhan mulai normal kembali, berbeda
negara-negara lain sedang menghadapi virus ini dengan pahlawan medis sebagai
garda terdepan.
Semua negara di dunia mulai
mengambil tindakan mulai memberlakukan lockdown massal, instruksi kerja
dirumah, belajar dirumah dan beribadah dirumah. Virus kecil yang membuat dunia
kelabakan, dunia menangis dalam ketakutan.
Tak segan virus itu merenggut
manusia tanpa memandang orang itu kaya, miskin, pejabat, pedagang, tak
memandang strata sosial. Negara mulai mencari solusi, solusi dan solusi.
Melalui data Tirto.Id persentase kematian tertinggi negara Italia dengan kasus
kematian sebesar 12.428 meninggal akibat pengaruh virus covid-19.
Negara kita pun terkena imbasnya
juga, karena gerak lambat pemerintah dalam menghadapi penyebaran virus covid-19. Di awal virus ini menyebar pemerintah masih membuka parawisata bagi turis asing, lambatnya
memutuskan lockdown wilayah dan terlalu jumawa.
Teringat guyonan Menhub Budi Karya
Sumadi mengatakan rakyat Indonesia memiliki kekebalan tubuh yang kuat sebab
gemar mengkonsumsi nasi kucing, meski ini hanya sekedar guyonan namun ini
sebuah tanda kurang seriusnya pemerintah. Maaf pak, bilamana ini menyinggung, sebagai warga negara
boleh lah mengkritisi sesuai data.
Sepertinya memang virus /covid-19 mulai
menerjang hingga berbagai provinsi, kabupaten tak hanya di Jakarta saja.
Pemerintah mengambil instruksi seperti sosial distance, berdiam diri dirumah
selama empatbelas hari, meminimalisir virus covid-19.
Pekerjaan dialihkan dirumah,
pembelajaran sekolah dialihkan dirumah, dan kegiatan beribadah dialihkan
dirumah. Meski masih ada warga yang terpaksa melakukan rutinitas diluar rumah
karena memang pekerjaan diluar rumah, seperti sopir angkot, tukang ojek,
pedagang kaki lima, buruh pabrik dan petani. Bayangkan, bagaimana nasib kaum
mudhaiffin akibat dari wabah ini? Tentunya bukan ngeyel instruksi pemerintah,
sebab ketakutan bilamana keluarganya mati kelaparan.
Sisi positif dari merebahnya virus
ini adalah memperlihatkan kemanusiaan diatas manusia, akan terlihat mana
manusia dan mana bukan manusia. Seperti para pedagang nakal yang menaikkan
harga masker ditengah kewajaran, memanfaatkan situasi demi meraub keuntungan
fantastis. Harga sanitizer melonjak tajam, ketika diburu oleh warga, banyak
pedagang nakal membuat sanitizer palsu asal dapat uang.
Dimanakah hati Nurani manusia,
memanfaatkan dalam situasi pelik seperti ini? Da terparah beberapa orang
membeli kebutuhan pokok melebihi batas dengan, menimbun tanpa memikirkan
manusia lainnya. Apakah memang sudah mati sisi kemanusiaan ditengah virus
covid-19?
Adapun
dalam pepatah Arab
“Aqbil
‘alan nafsi wastakmil fadhaaailahaa
Fa
anta bin nafsi laa biljismi insanu”
Hadapkan
perhatian kepada jiwa
Tegakkan
sempurna budi utama
Dengan
jiwamu bukan dengan tubuh
Engkau
akan sempurna menjadi insan
Untuk menghadapi situasi yang darurat
kesehatan perlu adanya kesempurnaan sisi Nurani, berbudaya gotong royong memang
dibutuhkan. Yang kaya membantu yang miskin, bukan yang miskin jangan menulari
yang kaya, ini pernyataan keliru. Tentu butuh sumbang asih keleluasan hati
untuk bisa Bersatu membahu melawan virus covid-19.
Membeli kebutuhan secukupnya, tidak
menjual barang melebihi batas normal dan membantu sesuai kemampuan. Tenaga
medis laksana seorang pahlawan, kesatria dalam melawan virus-19, seorang
jihadis dalam melindungi kesehatan warganya.
Mereka adalah pahlawan sejati yang
perlu diapresiasi. Orang kaya membantu yang miskin, mereka-mereka yang pamer
kekayaan berganti pamer sedekah bukalah keangkuhan bisa berganti kebaikan. Yang
membutuhkan membantu semampunya seperti instruksi dirumah saja, sambil rebahan
dengan menikmati asupan buku-buku, sekedar untuk mengisi waktu luang.
Mari lawan corona dengan benar,
tidak panik berlebihan, slalu menjaga kebersihan dan mendekatkan diri kepada
Sang Kuasa, Tuhan semesta alam. Mari bersinergi bagi bangsa dengan budaya
ta’awun, budaya membangun menebar benih kebaikan tanpa terbawa isu hoaks.
Menjadi manusia yang kritis
humanitas, sebab memang kemanusiaan terhadap manusia melahirkan optimisme
negara melawan wabah, mendengarkan instruksi pemerintah dan tidak saling
menyalahkan. Tetaplah slalu menjaga imun dan iman yang baik, ayok menjadi
manusia humanis bersama-sama.