foto: solopos.com

 

oleh Ghofir

Gedung yang digadang-gadang akan menjadi bangunan terbesar dan termegah di Klaten, yang telah menghabiskan anggaran puluhan miliar akan dinamakan dengan nama Graha Megawati dengan dalih sebagai bentuk penghargaan kepada mantan Presiden ke-5 Indonesia.

Sebenarnya tidak menjadi masalah jika memang atas dasar sebagai bentuk penghargaan kepada sosok pemimpin perempuan pertama di Indonesia. Gedung megah yang ditaksir sudah menghabiskan anggaran Rp.61,9 Miliar dari APBD tersebut terletak di Buntalan, Klaten Tengah (Bersebelahan dengan Terminal Ir. Soekarno).

Pada tahun baru 2021 ini Bupati Klaten mengharapkan proyek gedung selesai dan dapat segera digunakan. Gedung dengan tiang-tiang kokoh gagah berdiri yang dibangan Pemkab Klaten itu disebutkan dapat menampung kapasitas 3.000 orang dengan disain yang modern dengan nuansa klasik. Dilengkapi dengan halaman yang luas sehingga memiliki lahan parkir yang cukup luas untuk dapat menampung banyak kendaraan yang memiliki luas tanah sekitar 5.000 meter persegi.

Baru-baru ini nama Gedung yang dinobatkan oleh Bupati Incumbent dari PDIP tersebut menuai pertanyaan bagi warga Klaten masalnya kenapa tidak memakai nama tokoh yang ada di Klaten?. “Ibu Megawati itu tokoh nasional, pernah menjadi presiden RI, ini bagian dari penghargaan, kebanggaan, dan cinta kami terhadap Ibu Megawati,” keterangan dari Bupati Klaten tersebut. “Jika Ibu Megawati mengizinkan, kami akan menamai Gedung ini Grha Megawati.” Menegaskan alasannya.

Pemberian nama tersebut menjadi hal yang cukup krusial bagi saya sebagai warga Klaten. Masalnya kenapa tidak mengambil nama tokoh yang berasal dari Klaten sendiri? Atau menunjukkan jati diri dari daerah Klaten sendiri? Menggunakan nama yang berkesan menjadi ciri khas klaten misalnya? Apakah Klaten sudah tidak memiliki identitas diri yang mencerminkan khasnya? Atau dengan alasan yang cukup relevan tersebut mempunyai sudut pandang lain yang mencerminkan suatu golongan?

Akankan Gedung tersebut akan diberikan lebel atau cat dengan warna yang menunjukkan suatu identitas yang ingin dijunjung dan dibangga-banggakan?. Terlepas dari alasan yang dipaparkan dirasa masih menjadi hal yang mengganjal dan masih menjadi pertanyaan.

Jika mellihat dari sejarah politik di Klaten sendiri dari periode ke periode selalu menjadi hal yang cukup menarik. Pasalnya dalam terdapat saah satu pertain yang cukup sukses dalam memnangkan ajang pemuli selama beberapa periode ini.

Partai yang menjadi petahana dalam beberapa periode ini adalah Partai PDI-Perjuangan yang selalu mendominasi dalam memenangkan pesta demokrasi. Disisi lain terdapat juga partai Golongan Karya yang cukup mempunyai pengaruh besar dalam dunia politik di klaten.

Kedua partai ini selalu berkoalisi untuk mengusungkan calonnya dan selalu menjadi kandidat yang kuat, terbukti setiap maju dalam Pilkada selalu suskses memenangkan Pilkada.

Bupati Klaten Sendiri merupakan kader dari partai PDIP. Sejak periode tahun 2000 hingaa saat ini selama 20 tahun posisi Bupati Klaten selalu dimenangkan oleh partai PDIP.

Di sisi lain ada partai Golkar juga menjadi partai koalisi untuk memenangkan pemilu di tiap periodenya. Sejak beberapa waktu yang lalu ketika mantan Bupati Klaten Sri Hartini yang terjerat kasus korupsi sehingga KPK harus melakukan OTT terkait kasus suap yang melibatkannya Klaten menjadi sorotan nasional.

Masalnya pada saat itu yang menjadi sorotan adalah adanya dinasti kepemimpinan di Klaten, selama kurun waktu kurang lebih 30 tahun Klaten dipimpin oleh dua keluarga elit secara berturut-turut hingga saat ini. Sehingga dianggap sebagai adanya dinasti politik atau nepotisme di Klaten.

Untuk wilayah Solo Raya, Kabupaten Klaten sendiri dianggap menjadi wilayah yang kuat dalam Politiknya. Memang sudah menjadi hal yang umum untuk wilayah Solo Raya dikenal Partai PDIP yang selalu menjadi pemenang dalam setiap pesta demokrasi.

Sehingga sangat wajar Ketika Megawati mengusungkan anaknya Puan Maharani untuk maju dalam Pemilu Legislatif DPR Pusat melalui wilayah Jateng. Karna wilayah Jateng merupakan wilayah yang sangat menjanjikan untuk dapat memenangkan pemilu tersebut. Maka dari itulah pengaruh Klaten pada umumnya menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam politik di Partai PDIP itu sendiri.

Sehingga menjadi tidak heran ketika Klaten memiliki rencana akan memberikan nama gedung yang megah tersebut dengan nama Graha Megawati karna kabupaten ini adalah wilayah yang cukup menjadi sorotan bagi Megawati sebagai pimpinan di Partai PDIP. Kepentingan politik yang menjadi sebuah alasan yang masuk akal sebagai sarana dalam menjalin hubungan antara kepentingan penguasa dan kepentingan partai.

Namun apabila jawaban atas pertanyaan tersebut masih menjadi rahasia bagi kalangan elit Klaten masyarakat akan cukup dengan terdiam dan tak dapat berbuat apa-apa. Mungkin dengan pembangunan dan pemberian nama tersebut akan menjadi sebuah sejarah di Klaten yang akan tetap dikenang oleh warganya.