oleh: M. Annas Firmansyah
Sosok
cendikiawan muslim berkebangsaan Indonesia, Dr. H. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc.,
menghembuskan nafas terkahirnya di usia ke-71 pada hari Senin, 15 Februari 2021
pukul 15.45 WIB setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Sentosa Bandung.
Kang
Jalal (begitu sapaan akrabnya) pernah menjadi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah
Jawa Barat, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Bandung, serta guru di
SMP Muhammadiyah III Padasuka Bandung serta merupakan dosen Universitas
Padjadjaran (Unpad) dan mengajar di Universitas Islam Bandung (Unisba).
Banyak tokoh yang merasa kehilangan dan berduka atas meninggalnya salah satu cendikiawan muslim tersebut. Salah satunya adalah Prof. Dr. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah) yang mengungkapkan dukanya melalui tulisan;
“Mungkin di belakang hari ia memilih jalur pemikiran
yang berbeda dari arus utama cendekiawan muslim Indonesia. Tetapi hal itu menjadi
bagian dari dinamika seseorang dalam perjalanan hidupnya sekaligus keragaman
dalam pemikiran keislaman di dunia Islam,” dan memberi pesan agar keluarga
dapat menerima kepergian sang cendikiawan, “Keluarga yang ditinggalkan
diberi kekuatan iman dan kesabaran,” tutup Haedar Nashir.
Selain Haedar Nashir, cendikiawan
Nahdlatul Ulama yaitu Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) mengungkapkan dukanya
melalui akun Facebook pribadinya, Gus Ulil mengatakan bahwa Kang Jalal
sangatlah berjasa dalam menghidupkan gagasan, pemikiran serta percakapan Islam
Indonesia sejak dekade 80-an.
“Saya menimba banyak ilmu dari Kang
Jalal sejak masih seorang santri di kampung pada tahun 80-an. Salah satu
formasi pemikiran saya dibentuk, antara lain oleh gagasan-gagasan Kang Jalal.
Dan saya bersaksi beliau orang baik” tulis Gus Ulil di akun Facebooknya.
Wajah Islam Santun Indonesia
Saat masih menjabat sebagai anggota DPR
RI yang di usung oleh partai PDI-P, Kang Jalal mengaku akan membawa misi untuk
melindungi kaum Syiah, bahkan kaum minoritas seperti Ahmadiyah dan umat
Kristen.
Meski beliau adalah seorang cendikiawan
dari kalangan Syiah, namun beliau tidak pernah mempermasalahkan kehidupan
beragamanya ketika tinggal di Indonesia yang mayoritas Sunni ini, beliau lebih
mementingkan dan mengedepankan kerukunan antar umat Islam bahkan antar umat
agama.
Dari wawancara yang pernah dilakukan
oleh Tempo, Kang jalal menyebutkan bahwa dirinya seringkali menyembunyikan
identitasnya sebagai orang Syiah sebagaimana ajaran taqiyah (bertindak
sebagaimana pemeluk Islam yang berbeda aliran) yang sering dipraktikkan oleh
kaum Syiah. Hal tersebut dilakukan mengingat kaum Syiah sebagai minoritas dan
kurang disukai oleh mayoritas muslim lainnya serta demi menjaga kerukunan antar
umat Islam.
“Ya, kalau mengaku, kami akan diusir.
Karena itu kami mempraktikkan taqiyah. Tujuannya untuk menyembunyikan identitas
ke-Syiah-an kami demi persatuan. Jadi biarlah kami menyesuaikan cara beribadah
kalian (Sunni). Tak apa kami menjadi makmum, tidak disebut Syiah juga tak
masalah, asal Islam rukun. Kami dahulukan akhlak ketimbang fikih” ucap almarhum.
Memang betul apabila kita mendahulukan akhlak ketimbang fikih dalam
kehidupan berislam secara keseharian akan dapat menjaga persatuan dan ukhuwah
Islamiyah. Hal tersebut telah dicontohkan oleh Kang Jalal dan beliau juga
pernah berpendapat bahwa agama akan bisa berperan bila agama itu melahirkan
dimensi ideologikal yang mendorong perubahan sosial, dan bila dimensi sosial
agama membersit cukup kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Protestanisme
adalah reaksi kepada Katolikisme, seperti reformisme Islam juga merupakan
reaksi kepada koservatisme. Keduanya tampaknya mengecilkan dimensi ritual dan
mistikal, dan menonjolkan dimensi sosial serta ideological.
Hal tersebut patut kita contoh dan praktikkan dalam kehidupan Islam
sehari-hari, tidak terlalu mempermasalahkan siapa yang menjadi imam apakah dari
kelompoknya atau bukan, namun menerima diri sebagai makmum yang patuh terhadap
imamnya dan melaksanakan ajaran Islam secara baik. Permasalahan fikih hanyalah
masalah klasik umat Islam yang tidak akan pernah selesai jika tidak
mengedepankan akhlak dan adab dalam menjalankan agama Islam ini.
Selamat jalan Kang Jalal, semoga amal ibadah panjenengan diterima di sisi
Allah SWT serta diampuni segala dosa dan kesalahan.