Sulastri, Sri, Sukemi, Agus, Harto, Santoso, mendengar nama-nama tersebut sudah barang tentu mudah bagi kita menebak darimana orang tersebut berasal. Nama yang mencirikhas-kan orang Indonesia terutama Jawa ini sering digunakan oleh orang tua dahulu sebagai pemberian doa kepada anak-anaknya.
Namun di era sekarang, nama-nama tersebut sudah jarang terdengar sebagai nama bayi yang baru lahir, orang tua sekarang lebih banyak memberi anak dengan nama-nama yang sangat bervariasi bahkan ada yang kebarat-baratan. Sudah jarang kita temui nama yang sama dalam satu kampung.
Di akhir tahun 2017 hal tersebut pernah membuat Pemerintah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah sempat melarang penggunaan nama yang ber-unsur Barat untuk digunakan sebagai nama anak yang baru lahir. Akan tetapi karena banyaknya protes dari masyarakat, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar pun mencabut Perda tersebut.
Sebetulnya tak semua nama yang berbau Jawa itu kuno, ketinggalan zaman, tidak gaul dan lain sebagainya. Meski ada ungkapan dari seorang pujangga besar William Shakespeare (1564-1616) “Apalah artinya sebuah nama? Bunga mawar mau diberi nama apa saja baunya tetaplah akan semerbak harus mawangi.”
Namun bagi orang Jawa, nama lebih dari sebuah “apalah arti nama” karena di dalamnya terkandung doa dan harapan yang terbaik dari orang tua. Sebutlah Agus atau Bagoes, meski sudah umum digunakan bukan berarti nama tersebut hanya sekedar nama tanpa makna.
Orang tua yang memberi nama anaknya Agus atau Bagoes menaruh doa agar anaknya kelak menjadi orang yang bagus baik itu budi pekertinya maupun rupa serta nasibnya. Harto pula misal, meski terdengar ndeso dan njawani namun tersemat doa agar anak yang bernama Harto kelak menjadi orang yang sukses, kaya harta dan tentu dermawan.
Dan masih banyak lagi nama yang terdengar njawani, ndeso, dan kuno justru mengandung doa dan harapan yang luar biasa. Tak jarang pula orang Jawa menamani anak mereka dengan gabungan nama mereka yang disingkat atau diakronimkan, misal teman saya ada yang bernama Widmiyawati setelah saya tanya nama tersebut adalah gabungan dari nama orang tuanya yang bernama Widodo dan Miyati.
Perkembangan variasi nama khususnya bagi orang Jawa terjadi sekitar satu abad ini, mulai dari sebelum kemerdekaan hingga pemerintahan orde baru (Narasi Newsroom: 2021). Sebelum masa kemerdekaan hingga awal pemerintahan orde baru masih sering kita jumpai orang Jawa dengan nama yang singkat hanya satu kata dan diawali “su”, seperti Sukinah, Sutarman, Sukiran, Suparman, Suwandi dan Suyanto. Pemberian nama pada era itu juga masih kental dengan unsur Jawa dan kadang mengambil dari bahasa sansekerta.
Beberapa puluh tahun terakhir, nama orang Jawa semakin panjang, bervariasi, unik, Arab, dan bahkan Barat. Melihat hal tersebut, channel Youtube “Narasi Newsroom” mengangkat tema ini untuk konten videonya dan membuat kategori nama khususnya perkembangan nama orang Jawa.
Bisa kita lihat dari kategori penggunaan nama tersebut misalnya Soekarno, Soeharto, Sosrosoegondo; Jawa Murni (kosakata Jawa + sansekerta). Abdurrahman, Abdullah, Imam; Arab Murni (kosakata Arab). Mohammad Harto, Siti Kholifatun, Zahira Puspitasari; Jawa-Arab (kosakata Arab + Jawa). Fransiska Sari, Chntya Widmiyawati; Jawa Campuran (kosakata Jawa + Indonesia/Barat). Dila Agustin, Bima Lorenza; Indonesia Campuran (kosakata Indonesia + Barat/non-Arab). Elizabeth Zahra Pupitasari; Super Campuran (kosakata Jawa + Arab/lainnya).
Dari berbagai kategori nama diatas dapat dilihat meski menggabungkan berbagai campuran nama akan tetapi masyarakat Indonesia khusushnya Jawa masih sering memasukkan unsur Jawa di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa orang Jawa mampu untuk terus mengikuti perkembangan zaman dan peradaban namun tidak menghilangkan jati dirinya sebagai orang Jawa (Jiwo Jawi).
Bervariasinya nama-nama tersebut juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti proses Islamisasi Jawa yang masuk ke dalam berbagai aspek termasuk nama, pengaruh media yang semakin masif, informasi-informasi yang semakin mudah diterima dan pengaruh masuknya idola-idola baru dari luar ke Indonesia seperti K-Pop dan artis-artis Hollywood.
Proses penamaan kepada anak yang semakin unik ini menjadi budaya di Indonesia, semakin beragam estetis, panjang, berarti banyak kata dan sedikit romantik, melankolis serta sentimental.
Keyword: Jawa, Nama, Budaya